Curhat kok sama diary!

10:18:00 AM



“Mbok nek curhat ki karo sing iso nanggepi to mbak’e..”


“Hari gini lo masih nulis diary di buku, Ra?” tanya Keyna sambil keheranan memergoki sahabatnya sedang asyik curhat ria bersama diary kesayangannya.  

Keyna memang rajin berkunjung ke kamar  Rara, tapi baru kali ini ia memergoki Rara yang gelagapan menutup buku diarynya karena kedatangan Keyna yang tiba-tiba tanpa permisi.

“Yeee emang kenapa, sah-sah aja kan.” kata Rara membalas keheranan sahabatnya, sambil membereskan diary kesayangannya.

Keyna yang baru saja melihat pemandangan baru nan aneh langsung berkomentar “Helloooo, ini udah jaman serba digital kali, neng!” yang hanya ditanggapi dengan seyum oleh Rara. “Udah ga jaman nulis diary di buku! Hahaha. Raa.. Raaa.. lucu banget sih lo.” kata Keyna.

“Kalo nyimpen data digital tuh gampang kena virus Key, lagian kan kalo data digital bisa dengan mudah di copy orang, bisa berabe deh kalau yang ke copy diary gue.” balas Rara membela diri.

“Yaaa, iya sih. Tapi kan enakan juga nge-blog atau update status di socmed, jadi orang bisa tau apa isi hati lo. Atau curhat beneran ke orang, kan jadi ada yang ngehibur kalo lo lagi sedih, atau ada yang ikut seneng kalo lo lagi berbunga-bunga.” jelas Keyna panjang lebar, sambil merebahkan diri diatas kasur empuk di kamar Rara.

“Iya sih, Key. Tapi kan ga semua hal bisa diceritain ke orang, dan ga semua hal bisa diumbar ke socmed. Ada kalanya gue butuh banget curhat, tapi jarang ada tempat curhat yang bisa bener-bener netral. Ga mihak manapun, dan ga akan nyalahin gue kalaupun gue emang salah.” jelas Rara tak kalah panjang dan tak kalah lebar.

“Yeeah, terserah lo aja deh yaa, gue kan hanya berpendapat” kata Keyna sambil asik memandangi ponsel touchscreennya, apalagi kalau bukan membuka socmed alias social media, twitter. “Salut gue, hari gini masih ada yang nulis diary di buku.” Tweet.

“Yaudah yuk cabut, keburu laper nih gue!” lanjutnya teringat akan tujuan awalnya datang ke kamar Rara, untuk mengajaknya makan siang bersama.

“Apaan lo, ngajak cabut malah asik tiduran di kasur orang.” Kata Rara dengan nada agak sewot karena ceramah singkat Keyna barusan, tentang diary kesayangannya.

******

Dan mereka pun keluar untuk makan siang. Biasa, warung makan cozy harga mahasiswa yang menjual masakan Italy, kesukaan mereka. Setelah selesai memesan makanan dan minuman, mereka pun memulai percakapan.

“Eh, lo tadi lagi curhat apaan Ra ke diary lo?” tanya Keyna penasaran sambil menutup buku menu, membuka percakapan diantara mereka.

“Mau tau aja apa mau tau banget?” tanya Rara sambil memandangi Keyna, nakal.
“Mau tau banget!” jawab Keyna antusias.

Rara yang melihat antusiasme sahabatnya malah  mengusilinya “Hmmmm, kasih tau ga ya?” jawab Rara lagi sambil menjulurkan lidah ke arah Keyna, nakal, lalu berpaling dan mengalihkan perhatiannya.

“Idiiihh, serius nih gue nanyanya, malah dibikin becandaan.” jawab Keyna dengan nada sedikit sewot dan muka agak kesal karena becandaan Rara.

“Yaa lagian elo sih, nanyain isi diary. Itu sama aja pertanyaan retoris tau! Kalo gue kasih tau ya ngapain gue curhat ke diary gue!” kata Rara menjelaskan arti candaanya ke Keyna.

“Oooh, jadi yang lo ceritain ke diary lo tuh hal-hal yang ngga sanggup lo ceritain ke gue?” tanya Keyna masih penasaran.

“Iya.” Jawab Rara singkat, sambil menata makanan di meja yang baru aja datang.

“Oooh, gitu ya.” kata Keyna sambil manggut-manggut. “Emang apaan sih Ra, sampe lo ngga sanggup cerita ke gue? Ciyeeh.” kata Keyna dengan genit, dengan raut muka yang menggoda. Mulai membantu Rara menata makanan di meja yang siap santap.

“Aaah udahan deh, tuh makanan udah dateng, keburu dingin ntar.” Ucap Rara, mengakhiri pembicaraan  mereke tentang diary Rara di hari itu.

*****

Esok harinya, Keyna berkunjung lagi ke kamar Rara, sahabat dekatnya sehidup semati (ceilee, lebay amat). Kali ini dia punya misi khusus. Tapi dia ga bilang Rara kalo dia sedang dalam misi khusus (yaiyalah, kalo Keyna bilang ya bukan misi khusus lagi namanya) Rara juga menganggap sahabatnya berkunjung ke kamarnya seperti biasa. Ketika Rara sedang ke kamar mandi, Keyna mulai mengamati isi kamar Rara, pandangannya tertuju ke segala sudut kamar Rara, mencari sesuatu. Setelah mengamati dan mengamati, tiba-tiba Rara keluar dari kamar mandi. Sampai Keyna akan pulang, Rara ga ke kamar mandi lagi. Hari pertama, failed.

Hari kedua misi khusus Keyna. Ia berkunjung lagi ke kamar Rara. Seperti biasa, ia menunggu Rara masuk ke kamar mandinya, barulah ia bisa menjalankan misi khususnya. Setelah sedikit berusaha, akhirnya apa yang dia cari ketemu juga. Ternyata tidak butuh usaha terlalu keras untuk menemukannya. Dan Rara pun kembali dari kamar mandi tepat setelah ia menemukan apa yang ia cari.

Hari-hari selanjutnya, Keyna makin sering berkunjung ke kamar Rara, apalagi kalau bukan untuk menjalankan misi khususnya. Sampai akhirnya tibalah hari dimana misi khusus tersebut selesai. Ya, misi khusus, apalagi kalau bukan membaca diary Rara. Kurang ajar memang si Keyna.

*****

Hari-hari setelah selesai menjalankan misi khususnya, Keyna mulai bertingkah aneh. Ia mulai berpihak kepada orang-orang yang suka menulis diary di buku, dengan diam-diam. Dan hal yang paling aneh dari Keyna adalah ajakannya.

Seperti biasa, Keyna berkunjung ke kamar Rara “Ra, temenin gue yuk.” ajaknya.

“Kemana?” tanya Rara santai, sambil memandangi laptop di depannya, cooking academy. Yaaah, kebiasaan Rara kalau lagi di kamar, kalau bukan nulis diary ya nge-game.

“Ke craft carnival Ra, gue pengen cari buku diary nih.” kata Keyna sambil berbunga-bunga.
“Buat siapa?” tanya Rara santai, masih asik dengan cooking academy-nya
“Buat gue, Ra. Hehehe.” sahut Keyna samba cengengesan, malu-malu.
“Haaaahh??!! Gue ga salah denger nih Key?” jawab Rara sambil menghentikan aktivitas nge-game-nya dan membalikkan badan ke arah tempat tidur dibelakangnya yang sedang ditempati Keyna. Percakapan serius pun dimulai.


“Lo mau cari buku diary? Hari gini? Mau nulis diary di buku? Masih jaman? Hahaha.” ucap Rara setengah keheranan, sekaligus menertawakan diri sendiri.

“Iyaaaa Rara cantik, gue mau cari buku buat nulis diary. Emang cuma lo aja yang bisa nulis diary, gue juga bisa kali.” balas Keyna dengan senyum nakalnya, seperti biasa. Dan kembali asyik dengan aktivitasnya bersama touchscreen kesayangan.

“Iya deh terserah lo aja, gue juga emang lagi pengen ke craft carnival sih.” ucap Rara sambil kembali memandangi laptopnya yang sejenak terhenti karena ajakan Keyna.

“Yaudah yuk cabut, now!” ajak Keyna yang masih asyik diatas tempat tidur Rara, sibuk dengan touchscreen-nya.

“Yaudah yuk, yaudah yuk, bangun dong ! Ngajak kok sambil tiduran gitu, dasar Keyna kebisaan banget.” balas Rara sambil mematikan laptopnya dan bersiap untuk pergi.

*****

Sebenarnya keinginan Keyna untuk memiliki buku diary dan mulai mengisinya bukan tanpa alasan, itu semua karena misi khususnya. Ternyata selama ini Rara mengagumi Adit, yang tak lain adalah pacar Keyna. Satu hal yang menjadi rahasia besar Rara dan baru saja diketahuinya karena membaca diary Rara, yang tentu saja membuatnya sedikit kecewa sekaligus sedih.

Selama ini Rara hanya memendamnya sendiri bersama diary kesayangan, ia tidak pernah berusaha untuk menceritakannya ke siapapun, dan memang ga ada yang tau kenyataan itu karena sikap Rara ke Adit yang sama sekali tidak menunjukkan adanya perasaan lain. Tapi Keyna berusaha untuk ngga marah ke sahabatnya, dia berusaha untuk berpikir positif. Toh, selama ini Rara selalu mendukung hubungan mereka. Rara juga selalu mendoakan mereka agar langgeng sampe kaki nini.

Sedih Keyna membaca diary sahabatnya. Dia merasa tidak berguna dan tidak bisa membantu apapun untuk meringankan kesedihan sahabatnya, selain mendoakannya agar mendapat pendamping hidup yang baik. Dan Keyna kembali terngiang perkataan Rara tentang diarynya,  “Ada kalanya gue butuh banget curhat, tapi gue butuh teman curhat yang bisa bener-bener netral. Ga mihak manapun, dan ga akan nyalahin gue kalaupun gue emang salah.”

Gue tau, Ra. Ga ada salahnya kok, lo nulis diary. Toh kalau lo curhat ke gue juga, gue ga yakin bisa bantu nyelesain masalah lo. Tapi satu yang lo harus tau, seberapapun berat masalah lo, gue pengen lo curhat ke gue karena gue sahabat lo. Tapi kalau lo ngerasa curhat ke diary lebih baik dari curhat ke gue, fine. Gue ga akan protes dan nanyain lo dengan bawel tentang apa yang lo curhatin ke diary lo, karena emang gue ga perlu tau. Kata Keyna dalam hati, sambil melirik Rara yang sedang asyik memilih-milih buku diary lucu di hadapannya.

*****

Ya, Keyna memang merasa dirinya kurang ajar karena membaca diary orang tanpa permisi. Tapi karena itu, dia jadi tahu apa yang ada di dalam hati sahabatnya. Dan dia mulai punya ide, apa yang harus diperbuatnya untuk menghibur sahabatnya tersayang.

“Eh Ra, kayanya cowok di depan kita dari tadi curi-curi pandang kesini mulu. Bau-baunya, dia lagi ngeliatin lo deh, Ra.” Kata Keyna menggoda Rara dengan genit, di sela-sela acara makan siang mereka di tempat makan favorit. “Eciieehh…”

“Apaan sih Key, dia ngeliatin lo kali..” Rara menanggapi godaan Keyna dengan senyum malu-malu

Semoga ada cerita bahagia yang bisa lo ceritain ke diary lo, Ra. Kata Keyna dalam hati.
Hari gini, nulis diary di buku? Gapapa, gue juga kok , Ra. :)




This writing is inspired by someone’s words
“Mbok nek curhat ki karo sing iso nanggepi to mbak’e..”

You Might Also Like

0 comments

Subscribe