4 Langkah mudah menciptakan dramatic lighting desain

1:45:00 PM

Apalah gunanya ilmu kalau bukan untuk dibagi? Baiklah kalau begitu, karena sekarang aku masih berprofesi sebagai ligting designer, aku akan membagikan tips dan sedikit ilmu tentang lighting design. Bukannya hanya mau membagi sedikit ilmu, tapi karena ilmu yag aku tahu tentang lighting masih sangat sedikit. Baiklah, mari kita mulai.

LIGHTING DESIGN
Kita semua pasti sudah mengenal lighting/pencahayaan, listrik bahkan sudah masuk sampai pelosok desa jadi pasti semua orang mengenal lampu. Tapi lighting design? Mungkin belum banyak yang tahu. Jadi, di dunia ini ada sebuah pekerjaan yang bernama lighting design dimana lighting designer akan mendesain lighting agar area yang terkena cahaya terlihat lebih baik. Ada 2 macam lighting designer, ada architecture lighting designer (lighting designer untuk bangunan/obyek arsitektur), ada juga stage lighting designer (lighting designer untuk stage/pertunjukan). Pekerjaan ku sekarang adalah architecture lighting designer yang mana masih sangat berhubungan dengan arsitektur, interior desain dan landscape desain.

Lighting dibutuhkan terutama di malam hari, atau di ruangan yang tidak terkena cahaya matahari. Gunanya? Tentu saja untuk memudahkan kita beraktifitas sehingga kita bisa melihat dengan jelas keadaan di sekeliling kita. Lighting yang ada sekarang -di sebagian besar bangunan di Indonesia- hanya dipasang berdasarkan fungsi, tidak memperhatikan esetika. Padahal, kalau lightingnya agak di desain sedikit aja, kita bisa menghasilkan ruangan dengan efek yang dramatis.

Pencahayaan dengan efek dramatis.

Pencahayaan dengan general lighting yang tetap terasa dramatis.

Perhatikan 2 gambar diatas. Itu adalah ruangan yang lightingnya di-desain. Bandingkan dengan keadaan di sekelilingmu, apakah suasananya sama? atau hanya menggunakan general lighting (satu lampu di tengah ruangan untuk menerangi seluruh ruangan) ?

Jadi, apa yang harus dilakukan untuk membuat lighting yang dramatis? Oke, mari kita mulai.

1. Mendesain berdasarkan Fungsi
Fungsi apa saja yang ada di ruangan tersebut. 
Misal di ruang makan. Untuk apa kita membutuhkkan cahaya? Agar kita bisa mengidentifikasi barang-barang di sekitar kita, agar kita bisa melihat makanan di depak kita. Itu aja kan? Maka area yang harus paling terang adalah meja makan. Sekeliling meja makan perlu cahaya tapi tidak perlu terlalu terang. Caranya bisa dengan memakai chandelier (lampu gantung) yang diletakkan diatas meja makan dan jarak antara lampu dan meja jangan terlalu jauh.

2. Mendesain berdasarkan warna cahaya
Cahaya memiliki range warna dari kuning ke putih (2700-6500) atau spektrum warna pelangi (RGB), Untuk cahaya RGB ada yang mono colour ada juga yang color changing (bisa berganti warna). Bahkan sekarang ada juga lampu yang bisa berganti warna dari putih ke kuning.

Image result for cool daylight lighting design
Perbedaan ruangan dengan cahaya warm white dan cool white.
Image result for rgb lighting facade
RGB Lighting pada facade bangunan.
Setiap ruang memiliki mood ambience yang berbeda dan setiap warna cahaya menimbulkan efek yang berbeda. Misal warna kuning 2700K-3000K (warm white) akan menimbulkan efek hangat dan mewah. Warna 4000K-6500K (cool white) menghasilkan efek yang lebih dingin. Mungkin ini alasannya hampir setiap rumah di Indonesia menggunakan lampu warna putih, karena keadaan tropis indonesia yang cenderung panas, sehingga warna cahaya putih dipilih untuk "menetralkan". Padahal efek yang dihasilkan akan lebih baik bila cahaya di rumah menggunakan warna warm white. Dan sebenarnya warna cahaya tidak berpengaruh terhadap pertambahan cahaya di suatm efek, teru ruangan. Cahaya warm white dan cool white tetap akan membuat ruangan bertambah panas.

3. Mendesain berdasarkan efek yang dihasilkan suatu luminaire.
Ada berbagai macam jenis, bentuk dan brand lampu di seluruh dunia. Satu jenis lampu bisa menghasilkan berbagai macam efek, tergantung besar watt, beam angle, color temperature, dan bentuk/jenis lampu itu sendiri. Untuk eksterior, ada berbagai jenis lampu seperti lampu taman (bollard), pole light (lampu taman yang lebih tinggi), steplight untuk tangga, linear light, down light, up light, spike light (biasa digunakan untuk lampu pohon) dan masih banyak lagi. Semua bisa digunakan tergantung kebutuhan.

Image result for tree uplighting
Lighting design untuk pohon, menggunakan uplight yang bsa di-setting arah cahayanya. 
Image result for landscape lighting
Penggunaan fitting lampu yang beragam sesuai fungsi untuk area landscape.
Begitu pula untuk interior, ada berbagai macam jenis lampu yang bisa digunakan. Yang harus diperhatikan ketika memilih lampu terutama untuk eksterior adalah IP rating. IP untuk ekstrior minimal adalah 54. IP (index protection) adalah angka untuk mengidentifikasi ketahaan suatu lampu terhadap lingkungan sekitarnya. Angka depan menunjukkan ketahanan terhadap debu, angka belakang menunjukkan ketahanan terhadap air. IP terbaik adalah 68 yaitu untuk lampu underwater.

Hal utama yang harus dilakukan ketika mendesain lighting adalah mengetahui efek seperti apa yang ingin dicapai/dihasilkan, baru kemudian memilih fitting lampu yang bisa menghasilkan efek sesuai konsep, juga sesuai dengan budget.

4. Membuat konsep
Nah, ini hal terpenting dalam proses mendesain. Dalam mendesain apapun kita perlu konsep, konsep ini juga bisa dijadikan sebagai guideline sehingga kita tidak kehilangan arah dalam mendesain karena menemukan hal-hal yang lebih baik di luar sana.

Begitu pun dengan lighting. Proses pembuatan konsep ini bisa dilakukan dengan menggunakan software photoshop atau dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membuat moodboard. Caranya dengan mengumpulkan gambar-gambar referensi efek yang ingin kita ciptakan. Gambar-gambar itulah yang menjadi patokan kita dalam menempatkan lampu dan mencari fitting lampu yang sesuai.

Nah itu dia 4 langkah awal dalam mendesain lighting. Langkah selanjutnya, tunggu postingan berikutnya yaaa ;)

bersambung....



You Might Also Like

0 comments

Subscribe