Curhat kok sama diary!
8:01:00 AMHari gini, nulis diary di buku?!
Curhat kok sama diary!
“Hari gini lo masih nulis diary
di buku, Ra?” tanya Keyna sambil keheranan memergoki sahabatnya sedang asyik
curhat ria bersama diary kesayangannya.
Keyna memang rajin berkunjung
ke kamar Rara, tapi baru kali ini ia
memergoki Rara yang gelagapan menutup buku diarynya karena kedatangan Keyna
yang tiba-tiba tanpa permisi.
“Yeee emang kenapa, sah-sah aja
kan.” kata Rara membalas keheranan sahabatnya, sambil membereskan diary
kesayangannya.
Keyna yang baru saja melihat
pemandangan baru nan aneh langsung berkomentar “Helloooo, ini udah jaman serba
digital kali, neng!” yang hanya ditanggapi dengan seyum oleh Rara. “Udah ga
jaman nulis diary di buku! Hahaha. Raa.. Raaa.. lucu banget sih lo.” kata Keyna.
“Kalo nyimpen data digital tuh
gampang kena virus Key, lagian kan kalo data digital bisa dengan mudah di copy orang, bisa berabe deh kalau yang
ke copy diary gue.” balas Rara
membela diri.
“Yaaa, iya sih. Tapi kan enakan
juga nge-blog atau update status di socmed, jadi orang bisa
tau apa isi hati lo. Atau curhat beneran ke orang, kan jadi ada yang ngehibur
kalo lo lagi sedih, atau ada yang ikut seneng kalo lo lagi berbunga-bunga.” jelas
Keyna panjang lebar, sambil merebahkan diri diatas kasur empuk di kamar Rara.
“Iya sih, Key. Tapi kan ga
semua hal bisa diceritain ke orang, dan ga semua hal bisa diumbar ke socmed. Ada
kalanya gue butuh banget curhat, tapi jarang ada tempat curhat yang bisa
bener-bener netral. Ga mihak manapun, dan ga akan nyalahin gue kalaupun gue
emang salah.” jelas Rara tak kalah panjang dan tak kalah lebar.
“Yeeah, terserah lo aja deh
yaa, gue kan hanya berpendapat” kata Keyna sambil asik memandangi ponsel
touchscreennya, apalagi kalau bukan membuka socmed alias social media, twitter.
“Salut gue, hari gini masih ada yang
nulis diary di buku.” Tweet.
“Yaudah yuk cabut, keburu laper
nih gue!” lanjutnya teringat akan tujuan awalnya datang ke kamar Rara, untuk
mengajaknya makan siang bersama.
“Apaan lo, ngajak cabut malah
asik tiduran di kasur orang.” Kata Rara dengan nada agak sewot karena ceramah
singkat Keyna barusan, tentang diary kesayangannya.
******
Dan mereka pun keluar untuk makan
siang. Biasa, warung makan cozy harga mahasiswa yang menjual masakan Italy,
kesukaan mereka. Setelah selesai memesan makanan dan minuman, mereka pun
memulai percakapan.
“Eh, lo tadi lagi curhat apaan
Ra ke diary lo?” tanya Keyna penasaran sambil menutup buku menu, membuka
percakapan diantara mereka.
“Mau tau aja apa mau tau
banget?” tanya Rara sambil memandangi Keyna, nakal.
“Mau tau banget!” jawab Keyna
antusias.
Rara yang melihat antusiasme
sahabatnya malah mengusilinya “Hmmmm,
kasih tau ga ya?” jawab Rara lagi sambil menjulurkan lidah ke arah Keyna,
nakal, lalu berpaling dan mengalihkan perhatiannya.
“Idiiihh, serius nih gue
nanyanya, malah dibikin becandaan.” jawab Keyna dengan nada sedikit sewot dan
muka agak kesal karena becandaan Rara.
“Yaa lagian elo sih, nanyain
isi diary. Itu sama aja pertanyaan retoris tau! Kalo gue kasih tau ya ngapain
gue curhat ke diary gue!” kata Rara menjelaskan arti candaanya ke Keyna.
“Oooh, jadi yang lo ceritain ke
diary lo tuh hal-hal yang ngga sanggup lo ceritain ke gue?” tanya Keyna masih
penasaran.
“Iya.” Jawab Rara singkat,
sambil menata makanan di meja yang baru aja datang.
“Oooh, gitu ya.” kata Keyna
sambil manggut-manggut. “Emang apaan sih Ra, sampe lo ngga sanggup cerita ke
gue? Ciyeeh.” kata Keyna dengan genit, dengan raut muka yang menggoda. Mulai
membantu Rara menata makanan di meja yang siap santap.
“Aaah udahan deh, tuh makanan
udah dateng, keburu dingin ntar.” Ucap Rara, mengakhiri pembicaraan mereke tentang diary Rara di hari itu.
*****
Esok harinya, Keyna berkunjung
lagi ke kamar Rara, sahabat dekatnya sehidup semati (ceilee, lebay amat). Kali
ini dia punya misi khusus. Tapi dia ga bilang Rara kalo dia sedang dalam misi
khusus (yaiyalah, kalo Keyna bilang ya bukan misi khusus lagi namanya) Rara
juga menganggap sahabatnya berkunjung ke kamarnya seperti biasa. Ketika Rara
sedang ke kamar mandi, Keyna mulai mengamati isi kamar Rara, pandangannya
tertuju ke segala sudut kamar Rara, mencari sesuatu. Setelah mengamati dan
mengamati, tiba-tiba Rara keluar dari kamar mandi. Sampai Keyna akan pulang,
Rara ga ke kamar mandi lagi. Hari pertama, failed.
Hari kedua misi khusus Keyna.
Ia berkunjung lagi ke kamar Rara. Seperti biasa, ia menunggu Rara masuk ke
kamar mandinya, barulah ia bisa menjalankan misi khususnya. Setelah sedikit
berusaha, akhirnya apa yang dia cari ketemu juga. Ternyata tidak butuh usaha
terlalu keras untuk menemukannya. Dan Rara pun kembali dari kamar mandi tepat
setelah ia menemukan apa yang ia cari.
Hari-hari selanjutnya, Keyna
makin sering berkunjung ke kamar Rara, apalagi kalau bukan untuk menjalankan
misi khususnya. Sampai akhirnya tibalah hari dimana misi khusus tersebut
selesai. Ya, misi khusus, apalagi kalau bukan membaca diary Rara. Kurang ajar
memang si Keyna.
*****
Hari-hari setelah selesai
menjalankan misi khususnya, Keyna mulai bertingkah aneh. Ia mulai berpihak kepada
orang-orang yang suka menulis diary di buku, dengan diam-diam. Dan hal yang
paling aneh dari Keyna adalah ajakannya.
Seperti biasa, Keyna berkunjung
ke kamar Rara “Ra, temenin gue yuk.” ajaknya.
“Kemana?” tanya Rara santai,
sambil memandangi laptop di depannya, cooking
academy. Yaaah, kebiasaan Rara kalau lagi di kamar, kalau bukan nulis diary
ya nge-game.
“Ke craft carnival Ra, gue
pengen cari buku diary nih.” kata Keyna sambil berbunga-bunga.
“Buat siapa?” tanya Rara
santai, masih asik dengan cooking academy-nya
“Buat gue, Ra. Hehehe.” sahut
Keyna samba cengengesan, malu-malu.
“Haaaahh??!! Gue ga salah
denger nih Key?” jawab Rara sambil menghentikan aktivitas nge-game-nya dan
membalikkan badan ke arah tempat tidur dibelakangnya yang sedang ditempati
Keyna. Percakapan serius pun dimulai.
“Lo mau cari buku diary? Hari gini?
Mau nulis diary di buku? Masih jaman? Hahaha.” ucap Rara setengah keheranan,
sekaligus menertawakan diri sendiri.
“Iyaaaa Rara cantik, gue mau
cari buku buat nulis diary. Emang cuma lo aja yang bisa nulis diary, gue juga
bisa kali.” balas Keyna dengan senyum nakalnya, seperti biasa. Dan kembali
asyik dengan aktivitasnya bersama touchscreen kesayangan.
“Iya deh terserah lo aja, gue
juga emang lagi pengen ke craft carnival sih.” ucap Rara sambil kembali
memandangi laptopnya yang sejenak terhenti karena ajakan Keyna.
“Yaudah yuk cabut, now!” ajak
Keyna yang masih asyik diatas tempat tidur Rara, sibuk dengan touchscreen-nya.
“Yaudah yuk, yaudah yuk, bangun
dong ! Ngajak kok sambil tiduran gitu, dasar Keyna kebisaan banget.” balas Rara
sambil mematikan laptopnya dan bersiap untuk pergi.
*****
Sebenarnya keinginan Keyna
untuk memiliki buku diary dan mulai mengisinya bukan tanpa alasan, itu semua
karena misi khususnya. Ternyata selama ini Rara mengagumi Adit, yang tak lain
adalah pacar Keyna. Satu hal yang menjadi rahasia besar Rara dan baru saja
diketahuinya karena membaca diary Rara, yang tentu saja membuatnya sedikit
kecewa sekaligus sedih.
Selama ini Rara hanya memendamnya
sendiri bersama diary kesayangan, ia tidak pernah berusaha untuk
menceritakannya ke siapapun, dan memang ga ada yang tau kenyataan itu karena
sikap Rara ke Adit yang sama sekali tidak menunjukkan adanya perasaan lain.
Tapi Keyna berusaha untuk ngga marah ke sahabatnya, dia berusaha untuk berpikir
positif. Toh, selama ini Rara selalu mendukung hubungan mereka. Rara juga
selalu mendoakan mereka agar langgeng sampe kaki nini.
Sedih Keyna membaca diary
sahabatnya. Dia merasa tidak berguna dan tidak bisa membantu apapun untuk
meringankan kesedihan sahabatnya, selain mendoakannya agar mendapat pendamping
hidup yang baik. Dan Keyna kembali terngiang perkataan Rara tentang diarynya, “Ada
kalanya gue butuh banget curhat, tapi gue butuh teman curhat yang bisa
bener-bener netral. Ga mihak manapun, dan ga akan nyalahin gue kalaupun gue
emang salah.”
Gue tau, Ra. Ga ada salahnya kok, lo nulis diary. Toh kalau lo curhat ke
gue juga, gue ga yakin bisa bantu nyelesain masalah lo. Tapi satu yang lo harus
tau, seberapapun berat masalah lo, gue pengen lo curhat ke gue karena gue
sahabat lo. Tapi kalau lo ngerasa curhat ke diary lebih baik dari curhat ke
gue, fine. Gue ga akan protes dan nanyain lo dengan bawel tentang apa yang lo
curhatin ke diary lo, karena emang gue ga perlu tau. Kata Keyna dalam hati, sambil
melirik Rara yang sedang asyik memilih-milih buku diary lucu di hadapannya.
*****
Ya, Keyna memang merasa dirinya
kurang ajar karena membaca diary orang tanpa permisi. Tapi karena itu, dia jadi
tahu apa yang ada di dalam hati sahabatnya. Dan dia mulai punya ide, apa yang
harus diperbuatnya untuk menghibur sahabatnya tersayang.
“Eh Ra, kayanya cowok di depan
kita dari tadi curi-curi pandang kesini mulu. Bau-baunya, dia lagi ngeliatin lo
deh, Ra.” Kata Keyna menggoda Rara dengan genit, di sela-sela acara makan siang
mereka di tempat makan favorit. “Eciieehh…”
“Apaan sih Key, dia ngeliatin
lo kali..” Rara menanggapi godaan Keyna dengan senyum malu-malu
Semoga ada cerita bahagia yang bisa lo ceritain ke diary lo, Ra. Kata Keyna dalam hati.
Hari gini, nulis diary di buku?
Gapapa, gue juga kok , Ra. :)
This writing is inspired by someone’s words
“Mbok nek curhat ki karo sing iso nanggepi to mbak’e..”
0 comments